Menelusuri Jejak Kesultanan Riau: Dari Perebutan Takhta hingga Perpaduan Budaya

- 31 Mei 2024, 20:30 WIB
Sultan Mahmud Riayat Syah
Sultan Mahmud Riayat Syah /

LINGGA PIKIRAN RAKYAT - Tahun 1722 menandai era baru di Semenanjung Malaya dengan berdirinya Kesultanan Riau di Ulu Riau, Pangkalan Rama. Kesultanan ini lahir dari pergolakan perebutan takhta Kesultanan Johor antara Tengku Sulaiman dan Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah. Kemenangan Tengku Sulaiman, dengan bantuan Upu-Upu Bugis Lima Bersaudara, membuka lembaran baru bagi Kesultanan Riau.

Struktur Pemerintahan yang Unik:

Kesultanan Riau membawa nuansa baru dalam struktur pemerintahannya. Terinspirasi oleh tradisi Bugis, kesultanan ini memperkenalkan beberapa jabatan baru, seperti Raja Tua (Penasihat Raja dan Pemegang Adat Istiadat) dan Silawatang (Panglima). Meskipun jabatan tradisional Melayu seperti Bendahara, Temenggung, dan Laksamana tetap ada, kekuasaan mereka mengalami perubahan.

YDM (Yang Dipertuan Muda) atau Wakil Sultan, yang dipegang oleh Daeng Marewa, memiliki pengaruh yang signifikan. Bahkan, terdapat rencana penghapusan jabatan Temenggung dan pengalihan kewenangannya kepada YDM.

Pusat Perdagangan dan Kebangkitan Budaya:

Ulu Riau, sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Riau, menjelma menjadi pusat perdagangan dan kebangkitan budaya. Daeng Marewa, YDM pertama, aktif mendatangkan orang-orang Bugis dari berbagai daerah untuk menghidupkan perdagangan dan membangun jaringan aliansi. Seiring dengan itu, tradisi Melayu-Bugis berpadu, mewarnai budaya dan kehidupan masyarakat.

Konflik Politik dan Pergantian Kekuasaan:

Meskipun Kesultanan Riau mengalami kemajuan pesat, konflik politik antara Melayu dan Bugis tak dapat dihindarkan. Hal ini terlihat jelas pada masa YDM III, Daeng Kamboja (1747-1777). Penolakan pihak Melayu terhadap pengangkatannya sebagai YDM menunda pelantikannya selama hampir tiga tahun. Daeng Kamboja baru dapat menjalankan tugasnya di Riau setelah wafatnya YDB Sulaiman Badrul Alam Syah pada tahun 1760.

Baca Juga: Sejarah Singkat Kabupaten Bintan: Kejayaan Kesultanan Riau Lingga hingga Menjadi Destinasi Wisata Terkenal

Sultan Berdarah Campuran dan Masa Depan Kesultanan:

Tahun 1762 menandai era baru bagi Kesultanan Riau dengan penobatan Tengku Mahmud ibn Tengku Abdul Jalil atau Abdul Jalil Raja Dibaroh sebagai YDB yang baru. Sultan Mahmud Riayat Syah, dengan darah campuran Melayu-Bugis, diharapkan dapat mempersatukan kedua kelompok dan membawa Kesultanan Riau ke era kejayaan yang lebih gemilang.

Kesultanan Riau, dengan perpaduan budaya Melayu dan Bugis di Ulu Riau, merupakan sebuah entitas politik unik dengan sistem pemerintahan dan tradisi yang khas. Meskipun mengalami gejolak politik, kesultanan ini memainkan peran penting dalam perkembangan sejarah dan budaya Semenanjung Malaya. Kisah Kesultanan Riau menjadi pengingat akan kekuatan persatuan dan pentingnya menjaga tradisi dalam mencapai kemajuan.

Editor: Akhlil

Sumber: Disbud Kepri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini