Network
LINGGA PIKIRAN RAKYAT - Di antara gugusan pulau nan indah di Kepulauan Riau, terdapat tradisi lisan yang dipegang teguh oleh masyarakat Melayu Anambas. Salah satunya adalah pantang larang "Menginjak Kepale Linggi", sebuah tradisi yang berkaitan erat dengan kehidupan maritim mereka.
"Kepale linggi" adalah bagian ujung pompong (perahu) yang melambangkan haluan atau arah perjalanan. Bagi masyarakat Melayu Anambas, menginjak bagian ini dianggap tabu dan dapat mendatangkan kesialan bagi pemilik pompong.
Alasan di balik pantang larang ini:
- Penghormatan terhadap leluhur: Pompong dianggap sebagai "rumah kedua" bagi para nelayan, dan kepale linggi diibaratkan sebagai kepala manusia. Menginjaknya dianggap sebagai tindakan tidak sopan dan tidak menghormati leluhur yang telah membangun tradisi maritim ini.
- Simbol kesialan: Dipercaya bahwa menginjak kepale linggi dapat mengganggu keseimbangan alam dan roh laut, sehingga mendatangkan kesialan seperti kerusakan mesin, tangkapan ikan yang minim, hingga cuaca buruk saat melaut.
Baca Juga: Tradisi Melestarikan Kearifan Lokal: Pantang Larang Setelah Melahirkan di Kepulauan Anambas
Akibat melanggar pantang larang:
Menurut kepercayaan masyarakat Anambas, beberapa konsekuensi yang mungkin terjadi jika melanggar pantang larang ini antara lain:
- Mesin pompong sering rusak secara tiba-tiba.
- Hasil tangkapan ikan menjadi sulit didapat.
- Sering terkena angin badai saat melaut.
- Mengalami kecelakaan di laut.
Tetap lestari di tengah modernisasi:
Meskipun zaman telah berubah dan teknologi semakin canggih, tradisi "Menginjak Kepale Linggi" masih dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakat Melayu Anambas. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi dan kepercayaan masih memiliki tempat penting dalam kehidupan mereka.
Pesan moral:
