Mengenal Tradisi Lepas Hari Anak di Kampung Melayu Gunung Kijang, Bintan

- 25 Mei 2024, 20:30 WIB
Tradisi Lepas Hari Anak di Kampung Melayu Gunung Kijang Bintan
Tradisi Lepas Hari Anak di Kampung Melayu Gunung Kijang Bintan /Dibud Kepri/

LINGGA PIKIRAN RAKYAT - Tradisi “lepas hari anak” merupakan salah satu warisan budaya yang masih kental dipertahankan oleh masyarakat Kampung Melayu Gunung Kijang, Bintan. Prosesi ini biasanya dilaksanakan saat bayi mencapai usia 40 hari atau lebih setelah kelahiran, menandai tahap awal kehidupan sang anak dengan penuh doa dan harapan baik. Berikut adalah penjelasan mengenai makna dan rangkaian prosesi dalam tradisi ini.

Makna Tradisi Lepas Hari Anak

Tradisi lepas hari anak di Kampung Melayu Gunung Kijang mengandung nilai-nilai spiritual dan sosial yang mendalam. Acara ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan doa dan restu kepada sang bayi, tetapi juga sebagai momen berkumpulnya keluarga dan kerabat. Kegiatan ini mempererat ikatan kekeluargaan dan melibatkan masyarakat dalam kehidupan bayi yang baru lahir.

Rangkaian Prosesi Lepas Hari Anak

  1. Pembacaan Ayat Suci Al-Quran Prosesi dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran. Untuk bayi laki-laki, biasanya dibacakan Surah Yusuf, sedangkan untuk bayi perempuan dibacakan Surah Maryam. Pembacaan ini diyakini membawa berkah dan kebaikan dalam kehidupan sang anak.

  2. Berzanji dan Sholawat Nabi Seluruh keluarga, kerabat, dan tamu undangan kemudian melanjutkan dengan acara berzanji dan membaca sholawat Nabi. Suasana khusyuk dan penuh kekhidmatan mengiringi setiap lantunan sholawat.

  3. Menggendong Bayi Berkeliling Sang ayah menggendong bayinya sambil mengelilingi seluruh orang yang hadir sebanyak tujuh kali untuk bayi laki-laki dan lima kali untuk bayi perempuan. Jumlah putaran ini harus tepat sesuai tradisi, karena diyakini dapat mempengaruhi sifat anak di kemudian hari.

Baca Juga: Mengenal Pacu Kolek: Tradisi Lomba Perahu Layar dari Kepulauan Riau

Alat dan Bahan Kelengkapan

Prosesi lepas hari anak memerlukan beberapa alat dan bahan yang memiliki simbolisme tersendiri:

  • Gunting: Digunakan untuk memotong rambut bayi sebagai simbol pemotongan hal-hal buruk.
  • Bunga Rampai: Melambangkan keharuman dan kebaikan.
  • Kelapa Gading: Air kelapa digunakan untuk membersihkan ujung gunting sebelum memotong rambut bayi.
  • Minyak Wangi: Disemprotkan untuk menyebarkan keharuman dan keberkahan.
  • Beras Kuning: Dilemparkan sebagai simbol kemakmuran.
  • Kapur: Diusapkan di kepala bayi sebagai penanda bagian yang akan dipotong.
  • Amplop: Berisi uang sebagai tanda terima kasih kepada orang yang memotong rambut.
  • Uang Koin dan Permen: Disiapkan sebagai tanda suka cita dan berbagi rezeki.

Inti Prosesi: Pemotongan Rambut

Bagian inti dari prosesi lepas hari adalah pemotongan rambut bayi. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

  1. Orang yang Tertua Memulai: Pemotongan rambut pertama dilakukan oleh anggota keluarga yang paling tua, biasanya kakek atau nenek.
  2. Mengelilingi Tamu Undangan: Selama sang ayah menggendong bayi, anggota keluarga lain menaburkan beras kuning dan bunga rampai ke arah atas serta menyemprotkan minyak wangi.
  3. Mengusapkan Kapur: Kapur diusapkan pada bagian kiri, kanan, dan tengah kepala bayi.
  4. Gunting Dicelupkan dalam Air Kelapa: Sebelum memotong, ujung gunting dicelupkan ke dalam air kelapa gading.
  5. Memotong Rambut: Rambut bayi dipotong sedikit demi sedikit oleh beberapa orang yang dituakan dalam keluarga. Setiap pemotong biasanya memberikan amplop berisi uang sebagai simbol penghargaan dan doa.

Baca Juga: Pesona Kuliner Khas Bandung Barat: Mencicipi Cita Rasa Tradisi dan Modern

Tradisi ini tidak hanya menandai awal kehidupan baru bagi sang bayi, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan dalam masyarakat Kampung Melayu Gunung Kijang, Bintan. Melalui prosesi lepas hari anak, harapan dan doa terbaik dipanjatkan untuk masa depan yang cerah dan penuh berkah bagi sang bayi.

Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan erat antara anggota keluarga dan masyarakat serta menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi mendatang. Dengan mempertahankan tradisi ini, masyarakat Kampung Melayu Gunung Kijang turut melestarikan warisan budaya yang kaya akan makna dan kearifan lokal.

Editor: Akhlil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini