Network
LINGGA PIKIRAN RAKYAT - Pulau Penyengat, atau dikenal juga sebagai Pulau Penyengat Inderasakti dalam sebutan sejarah, merupakan sebuah permata kecil yang terletak di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Meskipun hanya berjarak sekitar 1,8 km dari pusat kota, pulau ini memiliki daya tarik yang besar bagi wisatawan yang ingin menjelajahi sejarah dan kekayaan budaya Melayu.
Dengan panjang sekitar 2.000 meter dan lebar 850 meter, Pulau Penyengat menjadi rumah bagi sekitar 2.500 jiwa penduduknya. Akses menuju pulau ini relatif mudah, dengan menggunakan perahu bermotor atau pompong yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 15 menit dari pusat Kota Tanjungpinang.
Pulau Penyengat menawarkan pengalaman wisata yang kaya akan sejarah dan budaya. Salah satu peninggalan bersejarah yang menonjol adalah Masjid Raya Sultan Riau, sebuah bangunan megah yang dibangun dari campuran putih telur yang kuat.
Selain itu, pulau ini juga menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi para pahlawan dan tokoh penting, seperti Raja Haji Fisabilillah dan Raja Ali Haji, yang makamnya menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang kerajaan Melayu di daerah ini.
Kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi menjadi saksi bisu dari masa keemasan kerajaan, sementara Balai Adat Melayu Kepulauan Riau memperlihatkan warisan budaya dan adat istiadat yang masih dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat.
Baca Juga: Kempurun Kuliner Khas Lingga Peninggalan Zaman Kesultanan
Pulau Penyengat adalah destinasi wisata yang cocok bagi mereka yang ingin menelusuri jejak sejarah dan memahami kekayaan budaya Melayu. Dengan keindahan alamnya yang masih alami dan beragam peninggalan bersejarah yang tersimpan, pulau ini menjadi magnet bagi para pengunjung yang ingin menggali lebih dalam tentang sejarah dan budaya Indonesia.
Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang Pulau Penyengat di Tanjungpinang, Kepulauan Riau:
-
Warisan Sejarah Kerajaan Melayu: Pulau Penyengat merupakan sebuah pulau kecil yang kaya akan warisan sejarah, terutama terkait dengan Kerajaan Melayu. Pulau ini menjadi pusat kekuasaan dan pusat budaya Melayu pada abad ke-19 di bawah pemerintahan Sultan Riau-Lingga. Istana-istana megah, masjid bersejarah, dan makam para sultan adalah bukti-bukti peninggalan sejarah yang masih terawat dengan baik hingga saat ini.
