LINGGA PIKIRAN RAKYAT - Di balik kelezatannya yang menggoda, Sate Kere, hidangan khas Solo, menyimpan cerita sejarah yang kaya makna. Lahir dari masa penjajahan yang penuh keterbatasan, Sate Kere menjadi bukti nyata kreativitas dan ketahanan masyarakat Solo dalam menghadapi situasi sulit.
Kisah di Balik Sate Kere
Kata "kere" dalam Bahasa Jawa berarti "miskin" atau "tidak punya uang". Hal ini mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat Solo pada masa penjajahan, di mana daging merupakan makanan mewah yang hanya bisa dinikmati oleh kaum kolonial dan priyayi. Bagi rakyat biasa, menikmati hidangan sate daging hanyalah mimpi.
Namun, dari keterbatasan tersebut, lahirlah Sate Kere. Masyarakat pribumi berkreasi dengan bahan-bahan sederhana yang mereka miliki, yaitu tempe gembus, ampas dari pembuatan tahu, atau jeroan sapi, sebagai pengganti daging. Hidangan ini pun menjadi alternatif bagi mereka yang ingin menikmati sate tanpa harus mengeluarkan banyak uang.
Lebih dari Sekedar Sate
Sate Kere bukan hanya hidangan biasa. Di balik kesederhanaannya, terkandung nilai-nilai budaya dan filosofis yang mendalam. Sate Kere menjadi simbol ketangguhan dan kegigihan masyarakat Solo dalam menghadapi keterbatasan. Mereka tidak menyerah pada keadaan, tetapi justru berkreasi dan menciptakan sesuatu yang baru dari apa yang mereka punyai.
Baca Juga: Solo: Kuliner Khas Jawa Rekomendasi Kuliner Yang Wajib Dicicip
Cita Rasa yang Unik dan Menggugah Selera
Meskipun terbuat dari bahan-bahan sederhana, Sate Kere memiliki cita rasa yang unik dan menggugah selera. Tempe gembus yang diolah dengan tepat dapat memberikan tekstur dan rasa yang mirip dengan daging. Bumbu kacang yang pedas manis dan gurih semakin menambah kelezatan hidangan ini.